Jumat, 06 Februari 2009

Catatan Kecil atas Novel Tinta Cinta Sitti Hawwa



oleh Asep Sambodja

Novel Tinta Cinta Sitti Hawwa karya Dellafirayama memberi warna baru dalam sastra Indonesia modern, terutama dalam hal substansi yang diangkat Della sebagai sebuah fiksi. Dari segi bentuk, novel ini menyerupai solilokui tentang cinta. Namun, dari segi isi, novel ini akan menjadi bahan pembicaraan bahkan perdebatan yang berkepanjangan. Della berbicara tentang Sitti Hawwa yang harus berganti nama menjadi Salamah setelah dibaiat dalam sebuah kelompok yang bernama Negara Islam. Ketika ajaran yang disampaikan sang pemimpin Negara Islam berbeda dengan keyakinannya selama ini, Sitti Hawwa pun berusaha menanggalkan nama itu dan berupaya meninggalkan kelompok fundamentalis itu. Tapi, yang dihadapinya kemudian adalah dirinya dinyatakan halal untuk dibunuh. Keberanian Dellafirayama mengangkat topik ini ke dalam karya sastra patut diapresiasi. Jika pengamat sastra mengakui bahwa karya sastra merupakan representasi dari kenyataan, apakah yang diangkat Della merupakan cerminan dari kenyataan itu? Novel ini sangat menarik jika dibaca dengan perspektif multikulturalisme.
***

2 komentar:

singamaraja mengatakan...

Auuuum!

Loh ! Siti Hawa itu pohon khuldi Pak!

della mengatakan...

Pak, novelnya ud cetak ni. Segera saya kirim ke Depok. Terima kasih endorsement-nya :)