Jumat, 18 September 2009

Kronik Peristiwa Sastra 1960-an



oleh Asep Sambodja

1960

31 Agustus: Sidang Pleno II Lekra. Sidang pleno ini memantapkan Mukadimah Lekra dan sikap “Politik adalah panglima.”
Harian Rakjat memberikan hadiah sastra di bidang esai kepada Pramoedya Ananta Toer dan Mia Bustam; di bidang puisi kepada Hr. Bandaharo, Dodong Djiwapradja, Chalik Hamid, dan S.W. Kuntjahjo; di bidang cerpen kepada Bachtiar Siagian; dan di bidang terjemahan kepada Agam Wispi, Muslimin Jasin, dan Huang Khuen Han.

1961

Majalah Sastra terbit; redaktur: H.B. Jassin, D.S. Moeljanto. M. Balfas, dan lain-lain.

1962

13-20 November: Konferensi Sastrawan Asia-Afrika II di Mesir. Delegasi Indonesia diwakili antara lain oleh Pramoedya Ananta Toer, Rivai Apin, Joebaar Ajoeb.
Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck karangan Hamka dihebohkan sebagai
jiplakan. Abdullah S.P. dan Pramoedya Ananta Toer menuduh Hamka sebagai plagiator. Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dituduh sebagai plagiat dari novel Majdulin karya Al Manfalutfi, yang merupakan terjemahan dari Sous les Tilleus karya Alphonse Karr. Tuduhan itu dimuat di Harian Rakjat dan Bintang Timur.
Motinggo Busye menerbitkan Malam Jahanam.

1963

22-25 Maret: Konferensi Nasional I Lembaga Sastra Indonesia (LSI) diadakan di Medan. Terbentuk Pengurus Pusat LSI yang terdiri dari Bakri Siregar, Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, Agam Wispi, Sobron Aidit, M.S. Ashar, S. Rukiah, Sugiarti Siswandi, dan Hr. Bandaharo.
17 Agustus: Wiratmo Soekito menyusun “Manifes Kebudayaan”. Sastrawan-sastrawan muda menolak seruan “Politik adalah panglima” yang didengungkan sastrawan Lekra.
September/Oktober: “Manifes Kebudayaan” diumumkan.
H.B. Jassin dan Junus Amir Hamzah. Tenggelamnya Kapal van der Wijck dalam
Polemik
. Jakarta: Mega Bookstore. (Berisi tulisan-tulisan mengenai novel Hamka,
Tenggelamnya Kapal van der Wijck.)

1964

1-7 Maret: Konferensi Karyawan Pengarang se-Indonesia (KKPI) diadakan di Jakarta.
Konferensi ini menghasilkan “Ikrar Pengarang Indonesia”.
8 Mei: Presiden Soekarno melarang “Manifes Kebudayaan”.
24-25 Agustus: Konferensi Nasional II Lekra diadakan di Jakarta. Dalam konfernas ini dihasilkan sebuah resolusi yang antara lain berbunyi teruskan pengganyangan terhadap Manikebu.
27 Agustus-2 September: Konferensi Sastra dan Seni Revolusioner (KSSR) diadakan di Jakarta. Konferensi ini menghasilkan “Resolusi KSSR”.
Buku Revolusi di Nusa Damai karya Ktut Tantri terbit.

1965

30 November: Semua buku pengarang Lekra dilarang.
Terjadi peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal yang disebut sebagai Dewan Jenderal oleh sebuah gerakan yang menamakan dirinya Gerakan 30 September yang dipimpin Letkol Untung. Pangkostrad Mayjen Soeharto, satu-satunya petinggi Angkatan Darat yang selamat dalam aksi pembunuhan itu mengambil alih kepemimpinan di Angkatan Darat. PKI dituduh berada di balik aksi itu. Setelah PKI dilarang, terjadi pembunuhan massal. Sedikitnya 500.000 orang dibunuh. Lekra dilarang. Banyak sastrawan Lekra yang dipenjara, sebagian hidup sebagai sastrawan eksil di Eropa. Perempuan aktivis yang tergabung dalam Gerwani banyak yang menjadi korban perkosaan. Buku-buku karya sastrawan Lekra dilarang.

1966

Juli: Majalah Horison terbit; redaktur: H.B. Jassin, D.S. Moeljanto, Soe Hok Djin (Arief Budiman), dan lain-lain.
Agustus: Muncul istilah “Angkatan 66”; istilah ini berasal dari H.B. Jassin.
Majalah Budaya Jaya terbit.
Taufiq Ismail menerbitkan buku Tirani dan Benteng.

1967

Naskah drama Kuntowijoyo, Rumput-Rumput Danau Bento menjadi pemenang harapan Sayembara Penulisan Lakon Badan Pembina Teater Nasional Indonesia.
Slamet Sukirnanto menerbitkan buku puisi Jaket Kuning.

1968

2 Januari: Sanusi Pane meninggal dunia di Jakarta.
12 Oktober: Kejaksaan Tinggi Sumatra Utara menyita majalah Sastra karena majalah ini memuat cerpen Kipanjikusmin, “Langit Makin Mendung”, dalam edisi Agustus. Pemimpin Redaksi Sastra H.B. Jassin diadili.
31 Oktober: Diskusi tentang Kritik Sastra diadakan di Jakarta.
H.B. Jassin menerbitkan Angkatan 66: Prosa dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung.
Berisi prosa dan puisi.

1969

Iwan Simatupang menerbitkan naskah drama Petang di Taman dan novel Ziarah.
Sapardi Djoko Damono menerbitkan buku puisi Duka-Mu Abadi. Bandung:
Jeihan.
Ajip Rosidi menerbitkan Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta.

Citayam, 18 September 2009

Tidak ada komentar: